Rabu, 20 Januari 2010
Letak Geografis Kab Banyumas
Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di sebelah Barat Daya & merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah. Terletak di antara garis Bujur Timur 108° 39` 17`` sampai 109° 27` 15`` & di antara garis Lintang Selatan 7° 15` 05`` sampai 7° 37` 10`` yang berarti berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah :
Sebelah Utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.
Sebelah Selatan: Kabupaten Cilacap
Sebelah Barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
Sebelah Timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara
Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan & pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman & pekarangan, dan seba-gian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi & kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut sekitar 3.400M & masih aktif. Keadaan cuaca & iklim di Kabupaten Banyumas karena tergolong di belahan selatan khatulistiwa masih memiliki iklim tropis basah. Demikian Juga karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari permukaan pantai/lautan maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak, namun dengan adanya dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4° C - 30,9° C.
Sumber :
http://www.banyumaskab.go.id/
Seni dan Budaya Banyumasan
Kentongan
ialah jenis kesenian pertunjukan massal sing nganggo perangkat utama kentong. Perangkat kentong digawe sekang potongan bambu sing dilobangi nang sisine, lubange mandan dawa. Jaman gemiyen, kentong kiye akeh fungsine nang masyarakat utamane kanggo alat komunikasi jarak jauh, misale sebagai tanda peringatan dini bahaya bencana, makna komunikasine ana nang ritme swaran tabuhane karo kombinasi selang swara. Makna monine kuwe diatur sesuai kesepakatan nang masyarakat.
Jaman siki, alat kiye umume fungsine mung sebagai hiasan nang omah-omah, wis kalah kagunaane karo peralatan komunikasi elektronik sing modern.
Kesenian Kentongan biasa digelar nang upacara-upacara resmi, sebagai hiburan kanggo tamu sing teka. Nang wilayah mBanyumasan malah wis ana festival resmi kentongan dadi akeh kelompok-kelompok kentongan sing muncul.
Perangkat tambahan kesenian kiye antarane Beduk, Seruling, Kecrek, Pianika lan liya-liyane. Masing-masing kelompok dipimpin Mayoret, pemaine umume lanang, jumlah pemaine ± 20 an.
Baritan
adalah sebuah upacara kesuburan dengan menggunakan kesenian sebagai media utamanya. Hingga saat ini ada dua bacam baritan, yaitu baritan yang digunakan untuk tujuan memanggil hujan dan baritan untuk keselamatan ternak.
Untuk memanggil hujan biasanya digunakan berbagai macam keseniaan yang ada seperti lengger, buncis, dan ebeg. Adapun baritan untuk keselamatan ternak biasanya menggunakan lengger sebagai media upacara. Di sini para pangon (penggembala) menari bersama para penari lengger dengan terlebih dahulu menyerahkan dhadung (tali pengikat ternak) dan selesai menari dapat mengambol dhadung dengan terlebih dahulu memberikan uang kepada penari lengger.
baritan biasanya dilaksanakan pada Mangsa Kapat (sekitar Bulan September). Baritan untuk memanggil hujan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas, sedangkan baritan untuk keselamatan ternak berkembang di wilayah Kecamatan Ajibarang.
Cowongan
adalah upacara minta hujan dengan menggunakan properti berupa siwur dan irus yang dihias menyerupai seorang putri. pelaku cowongan terdiri atas wanita yang tengah dalam keadaan suci (ridak sedang haid, nifas, atau habis melakukan hubungan seksual). Dengan menyajikan tembang-tembang tertentu yang sesungguhnya merupakan doa-doa permohonan kepada Sang Pencipta.
Cowongan dilaksanakan hanya pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ritual ini dilaksanakan mulai pada akhir Masa Kapat (hitungan masa dalam kalendar Jawa) atau akhir Bulan September. pelaksanaannya pada tiap malam Jumat dimulai pada Jumat Kliwon. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, cowongan dilakukan dalam hitungan ganjil misalnya 1 kali, 3 kali, 5 kali, atau 7 kali. Apabila sekali dilaksanakan cowongan belum turun hujan maka dilaksanakan 3 kali. Cowongan sampai saat ini masih dapat dijumpai di Desa Plana, Kecamatan Somagede.
Gumbeng
adalah permainan rakyat yang terdiri atas potongan ruas bambu yang dilaras dengan nada-nada tertentu, diletakkan di atas kaki yang sengaja dijulurkan ke depan dalam posisi duduk. Gumbeng pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.
Kaster
adalah musik tradisional dengan alat musik berupa siter, gong bumbung dan kendhang kotak sabun (terbuat dari kotak kayu sebagai resonator dengan sumber bunyi berupa tali karet yang diikatkan di kedua sisi kotak). Dalam pertunjukannya disajikan gending-gending gaya Surakarta-Yogyakarta dan gaya Banyumas. Kaster masih berkembang di daerah Kecamatan Purwojati.
Jemblung
adalah seni bertutur tradisional yang dilakukan oleh empat orang pemain. Menurut masyarakat setempat, kata jemblung merupakan jarwo dosok yang berarti jenjem-jenjeme wong gemblung (rasa tenteram yang dirasakan oleh orang gila). Pengertian ini diperkirakan bersumber dari tradisi pementasan jemblung yang menampatkan pemain seperti layaknya orang gila.
Para pemain jemblung tampak tampil dalam pementasannya tanpa properti artistik apapun, bermain seperti halnya bermain ketoprak dan mengiringi pertunjukan dengan aransemen musikal yang dibangun melalui sajian musik mulut. Ada pula yang berpendapat bahwa pada jemblung berasal dari kata jemblung umar madi, yaitu seorang tokoh dalam cerita umar amir (berasal dari Serat Ambiya atau riwayat para nabi) yang meemiliki ciri berperut buncit (dalam bahasa Jawa : njemblung).
Ini berkaitan dengan salah satu cerita yang disajikan dalam pertunjukan jemblung berasal dari Serat Ambiya. Dalam pertukannya pemain jemblung duduk di kursi menghadap sebuah meja yang bersisi nasi tumpeng dan jajan pasar yang menjadi properti pementasan. Pertunjukan jemblung menyajikan kisah-kisah babad, legenda atau cerita rakyat yang adegannya diplot seperti halnya plot pada cerita kethoprak. Jemblung masih tumbuh dan berkembang di Kecamatan Tambak dan Sumpiuh.
Ujungan
Ritual minta hujan dengan cara adu manusia. Ujungan merupakan adu manusia dengan properti berupa sebatang rotan. Pelaku ujungan adalah laki-laki dewasa yang memiliki kekuatan untuk untuk menahan benturan pukulan lawan. Sebelum beradu pukul, pemain ujungan menari-nari dengan iringan tepuk tangan dan sorak-sorai penonton.
Ritual ini hanya dilakukan pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ujungan dilaksanakan pada akhir Mangsa Kapat. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, ujungan dilakukan dengan hitungan ganjil: 1 kali, 3 kali, 5 kali, atau 7 kali. Hingga saat ini ujungan hanya berkembang di wilayah perbatasan antara Kabupaten Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara yaitu di Kecamatan Somagede.
Karawitan Gagrag Banyumas
adalah salah satu gaya dalam Kerawitan Jawa yang tumbuh dan berkembang di wilayah sebaran Budaya Banyumas. Karawitan Gagrag Banyumas memiliki 3 warna yaitu Wetanan, Kulonan dan Banyumasan. Warna wetanan dalam kerawitan gagrag Banyumasan dipengaruhi oleh Kerawitan Kraton (Surakarta dan Yogyakarta). Warna kulonan dipengaruhi oleh kerawitan gaya Sunda.
Adapun warna Banyumasan adalah warna khas yang dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat setempat yang bernafas kerakyatan. Ketiga warna tersebut dapat dijumpai pada bentuk gending, garap gending, dan garap instrumen dalam setiap penyajiannya. Kerawitan gagrag banyumasan disajikan dapam perangkat gamelan ageng. namun demikian dapat pula disajikan dengan menggunakan perangkat musik calung maupun angklung yang merupakan perangkat musik khas Banyumas. Hingga saat ini Kerawitan Gagrag Banyumasan masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.
Calung
yaitu perangkat music khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong & kendang. Dalam penya-jiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransir ulang.
Calung -konon- merupakan jarwo dosok (dua kata yang digabung menjadi satu menjadi kata baru) yang berarti carang pring wulung (pucuk bambu wulung) atau dicacah melung-melung (dipukul bersuara nyaring).
P erangkat musik ini berlaras Slendro dengan nada-nada 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), dan 6 (nem).
Ebeg
adalah bentuk tari tradisional khas Banyumas dengan Properti utama berupa ebeg atau kuda kepang. Kesenian ini menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya dan dibawakan oleh 8 penari pria. Biasanya dalam pertunjukkan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul & cepet. Dalam pertunjukkannya ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe.
Dalam pertunjukkannya, ebeg dilengkapi dengan sintren (penari pria yang berdandan seperti wanita) di dalam sebuah kurungan. Ebeg masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten banyumas.
Lengger
yaitu jenis tarian tradisional yang tumbuh subur diwilayah se-baran budaya Banyumas. Kesenian ini umunya disajikan oleh dua orang wanita atau lebih. Pada pertengahan pertunjukkan hadir seorang penari pria yang lazim disebut badhud, Lengger disajikan diatas panggung pada malam hari atau siang hari , dan diiringi olah perangkat musik calung.
Sintren
adalah seni traditional yang dilaukan seorang pria yang mengenakan busana wanita. Biasanya kesenian ini melekat pada kesenian ebeg. Ditengah pertunjukkan ebeg para pemain melakukan intrance/ mendem, kemudian salah seorang pemain mendem badan, kemudian ditindih dengan lesung.Dan dimasukan ke dalam kurungan. Di dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama - sama dengan pemain yang lain. Pada beberapa kasus, pemain itu melakukan thole-thole, yaitu penari membawa tampah dan berkeliling arena untuk meminta sumbangan penonton.
Salawatan Jawa, yaitu salah satu seni musik bernafaskan Islam dengan perangkat musik berupa trebang jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini memnyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barjanji.
Wayang Kulit Gagrag Banyumas
yaitu jenis seni pertunjukan wayang kulit yang bernafaskan Banyumasan. Di daerah ini dikenal ada dua gragak atau gaya, yaitu gragak kidul Gunung dan gragak lor Gunung. Spesifikasi dari wayang kulit gragak Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.
Aksimudha
adalah kesenian bernafas Islam yang tersaji dalam bentuk atraksi Pencak Silat yang digabung dengan tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Pertunjukan Aksimudha dilakukan oleh delapan penari pria. Aksimudha pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas dan saat ini masih dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Wangon.
Angguk
yaitu kesenian bernafaskan Islam yang tersaji dalam bentuk tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Dilakukan oleh delapan orang pemain, & pada bagian akhir pertunjukkan para pemain Intrance / Mendem. Saat ini Angguk bisa ditemukan wilayah Kecamatan Somagede.
Aplang atau Daeng
Kesenian yang serupa dengan Angguk, pemainnya terdiri atas delapan wanita. Saat ini Angguk bisa ditemukan wilayah Kecamatan Somagede.
Begalan, adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan, propertinya berupa alat-alat dapur yang masing-masing memiliki makna-makna simbolis yang berisi falsafah jawa & berguna bagi kedua mempelai dalam mengarungi hidup berumah tangga.
Begalan
menggambarkan peristiwa perampokan terhadap barang bawaan dari besan (pihak mempelai pria) oleh seorang begal (perampok). Dalam falsafah orang Banyumas, yang dibegal bukanlah harta benda, melainkan bajang sawane kaki penganten nini penganten (segala macam kendala yang mungkin terjadi dalam kehidupan berumah tangga pada mempelai berdua). Begalan dilakukan oleh dua orang pria dewasa yang merupakan sedulur pancer lanang (saudara garis laki-laki) dari pihak mempelai pria. Kedua pemain begalan menari di depan kedua mempelai dengan membawa properti yang disebut brenong kepang. Dalam pementasannya, kedua pemain menari diiringi gending-gending banyumasan yang disajikan menggunakan perangkat gamelan. Hingga saat ini Begalan masih tumbuh dengan subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.
Bongkel
Musik Traditional yang mirip dengan Angklung, hanya terdiri atas satu buah Instrument dengan empat bilah berlaras slendro, dengan nada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem). Dalam pertunjukkannya Bongkel disajikan gendhing - gendhing khusus. Bongkel hanya tumbuh dan berkembang di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati.
Buncis
yaitu perpaduan antara seni musik & seni tari yang disajikan oleh delapan penari pria. Dalam pertunjukkannya diiringi dengan perangkat musik Angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik & vokalis. Pada bagian akhir sajian para pemain Buncis Intrance atau mendem. Buncis hanya hidup di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede.
Sumber :
http://www.ngapak.com/portal/modules.php?name=News&file=print&sid=6
20 Mei 2006
ialah jenis kesenian pertunjukan massal sing nganggo perangkat utama kentong. Perangkat kentong digawe sekang potongan bambu sing dilobangi nang sisine, lubange mandan dawa. Jaman gemiyen, kentong kiye akeh fungsine nang masyarakat utamane kanggo alat komunikasi jarak jauh, misale sebagai tanda peringatan dini bahaya bencana, makna komunikasine ana nang ritme swaran tabuhane karo kombinasi selang swara. Makna monine kuwe diatur sesuai kesepakatan nang masyarakat.
Jaman siki, alat kiye umume fungsine mung sebagai hiasan nang omah-omah, wis kalah kagunaane karo peralatan komunikasi elektronik sing modern.
Kesenian Kentongan biasa digelar nang upacara-upacara resmi, sebagai hiburan kanggo tamu sing teka. Nang wilayah mBanyumasan malah wis ana festival resmi kentongan dadi akeh kelompok-kelompok kentongan sing muncul.
Perangkat tambahan kesenian kiye antarane Beduk, Seruling, Kecrek, Pianika lan liya-liyane. Masing-masing kelompok dipimpin Mayoret, pemaine umume lanang, jumlah pemaine ± 20 an.
Baritan
adalah sebuah upacara kesuburan dengan menggunakan kesenian sebagai media utamanya. Hingga saat ini ada dua bacam baritan, yaitu baritan yang digunakan untuk tujuan memanggil hujan dan baritan untuk keselamatan ternak.
Untuk memanggil hujan biasanya digunakan berbagai macam keseniaan yang ada seperti lengger, buncis, dan ebeg. Adapun baritan untuk keselamatan ternak biasanya menggunakan lengger sebagai media upacara. Di sini para pangon (penggembala) menari bersama para penari lengger dengan terlebih dahulu menyerahkan dhadung (tali pengikat ternak) dan selesai menari dapat mengambol dhadung dengan terlebih dahulu memberikan uang kepada penari lengger.
baritan biasanya dilaksanakan pada Mangsa Kapat (sekitar Bulan September). Baritan untuk memanggil hujan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas, sedangkan baritan untuk keselamatan ternak berkembang di wilayah Kecamatan Ajibarang.
Cowongan
adalah upacara minta hujan dengan menggunakan properti berupa siwur dan irus yang dihias menyerupai seorang putri. pelaku cowongan terdiri atas wanita yang tengah dalam keadaan suci (ridak sedang haid, nifas, atau habis melakukan hubungan seksual). Dengan menyajikan tembang-tembang tertentu yang sesungguhnya merupakan doa-doa permohonan kepada Sang Pencipta.
Cowongan dilaksanakan hanya pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ritual ini dilaksanakan mulai pada akhir Masa Kapat (hitungan masa dalam kalendar Jawa) atau akhir Bulan September. pelaksanaannya pada tiap malam Jumat dimulai pada Jumat Kliwon. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, cowongan dilakukan dalam hitungan ganjil misalnya 1 kali, 3 kali, 5 kali, atau 7 kali. Apabila sekali dilaksanakan cowongan belum turun hujan maka dilaksanakan 3 kali. Cowongan sampai saat ini masih dapat dijumpai di Desa Plana, Kecamatan Somagede.
Gumbeng
adalah permainan rakyat yang terdiri atas potongan ruas bambu yang dilaras dengan nada-nada tertentu, diletakkan di atas kaki yang sengaja dijulurkan ke depan dalam posisi duduk. Gumbeng pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.
Kaster
adalah musik tradisional dengan alat musik berupa siter, gong bumbung dan kendhang kotak sabun (terbuat dari kotak kayu sebagai resonator dengan sumber bunyi berupa tali karet yang diikatkan di kedua sisi kotak). Dalam pertunjukannya disajikan gending-gending gaya Surakarta-Yogyakarta dan gaya Banyumas. Kaster masih berkembang di daerah Kecamatan Purwojati.
Jemblung
adalah seni bertutur tradisional yang dilakukan oleh empat orang pemain. Menurut masyarakat setempat, kata jemblung merupakan jarwo dosok yang berarti jenjem-jenjeme wong gemblung (rasa tenteram yang dirasakan oleh orang gila). Pengertian ini diperkirakan bersumber dari tradisi pementasan jemblung yang menampatkan pemain seperti layaknya orang gila.
Para pemain jemblung tampak tampil dalam pementasannya tanpa properti artistik apapun, bermain seperti halnya bermain ketoprak dan mengiringi pertunjukan dengan aransemen musikal yang dibangun melalui sajian musik mulut. Ada pula yang berpendapat bahwa pada jemblung berasal dari kata jemblung umar madi, yaitu seorang tokoh dalam cerita umar amir (berasal dari Serat Ambiya atau riwayat para nabi) yang meemiliki ciri berperut buncit (dalam bahasa Jawa : njemblung).
Ini berkaitan dengan salah satu cerita yang disajikan dalam pertunjukan jemblung berasal dari Serat Ambiya. Dalam pertukannya pemain jemblung duduk di kursi menghadap sebuah meja yang bersisi nasi tumpeng dan jajan pasar yang menjadi properti pementasan. Pertunjukan jemblung menyajikan kisah-kisah babad, legenda atau cerita rakyat yang adegannya diplot seperti halnya plot pada cerita kethoprak. Jemblung masih tumbuh dan berkembang di Kecamatan Tambak dan Sumpiuh.
Ujungan
Ritual minta hujan dengan cara adu manusia. Ujungan merupakan adu manusia dengan properti berupa sebatang rotan. Pelaku ujungan adalah laki-laki dewasa yang memiliki kekuatan untuk untuk menahan benturan pukulan lawan. Sebelum beradu pukul, pemain ujungan menari-nari dengan iringan tepuk tangan dan sorak-sorai penonton.
Ritual ini hanya dilakukan pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ujungan dilaksanakan pada akhir Mangsa Kapat. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, ujungan dilakukan dengan hitungan ganjil: 1 kali, 3 kali, 5 kali, atau 7 kali. Hingga saat ini ujungan hanya berkembang di wilayah perbatasan antara Kabupaten Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara yaitu di Kecamatan Somagede.
Karawitan Gagrag Banyumas
adalah salah satu gaya dalam Kerawitan Jawa yang tumbuh dan berkembang di wilayah sebaran Budaya Banyumas. Karawitan Gagrag Banyumas memiliki 3 warna yaitu Wetanan, Kulonan dan Banyumasan. Warna wetanan dalam kerawitan gagrag Banyumasan dipengaruhi oleh Kerawitan Kraton (Surakarta dan Yogyakarta). Warna kulonan dipengaruhi oleh kerawitan gaya Sunda.
Adapun warna Banyumasan adalah warna khas yang dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat setempat yang bernafas kerakyatan. Ketiga warna tersebut dapat dijumpai pada bentuk gending, garap gending, dan garap instrumen dalam setiap penyajiannya. Kerawitan gagrag banyumasan disajikan dapam perangkat gamelan ageng. namun demikian dapat pula disajikan dengan menggunakan perangkat musik calung maupun angklung yang merupakan perangkat musik khas Banyumas. Hingga saat ini Kerawitan Gagrag Banyumasan masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.
Calung
yaitu perangkat music khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong & kendang. Dalam penya-jiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransir ulang.
Calung -konon- merupakan jarwo dosok (dua kata yang digabung menjadi satu menjadi kata baru) yang berarti carang pring wulung (pucuk bambu wulung) atau dicacah melung-melung (dipukul bersuara nyaring).
P erangkat musik ini berlaras Slendro dengan nada-nada 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), dan 6 (nem).
Ebeg
adalah bentuk tari tradisional khas Banyumas dengan Properti utama berupa ebeg atau kuda kepang. Kesenian ini menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya dan dibawakan oleh 8 penari pria. Biasanya dalam pertunjukkan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul & cepet. Dalam pertunjukkannya ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe.
Dalam pertunjukkannya, ebeg dilengkapi dengan sintren (penari pria yang berdandan seperti wanita) di dalam sebuah kurungan. Ebeg masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten banyumas.
Lengger
yaitu jenis tarian tradisional yang tumbuh subur diwilayah se-baran budaya Banyumas. Kesenian ini umunya disajikan oleh dua orang wanita atau lebih. Pada pertengahan pertunjukkan hadir seorang penari pria yang lazim disebut badhud, Lengger disajikan diatas panggung pada malam hari atau siang hari , dan diiringi olah perangkat musik calung.
Sintren
adalah seni traditional yang dilaukan seorang pria yang mengenakan busana wanita. Biasanya kesenian ini melekat pada kesenian ebeg. Ditengah pertunjukkan ebeg para pemain melakukan intrance/ mendem, kemudian salah seorang pemain mendem badan, kemudian ditindih dengan lesung.Dan dimasukan ke dalam kurungan. Di dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama - sama dengan pemain yang lain. Pada beberapa kasus, pemain itu melakukan thole-thole, yaitu penari membawa tampah dan berkeliling arena untuk meminta sumbangan penonton.
Salawatan Jawa, yaitu salah satu seni musik bernafaskan Islam dengan perangkat musik berupa trebang jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini memnyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barjanji.
Wayang Kulit Gagrag Banyumas
yaitu jenis seni pertunjukan wayang kulit yang bernafaskan Banyumasan. Di daerah ini dikenal ada dua gragak atau gaya, yaitu gragak kidul Gunung dan gragak lor Gunung. Spesifikasi dari wayang kulit gragak Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.
Aksimudha
adalah kesenian bernafas Islam yang tersaji dalam bentuk atraksi Pencak Silat yang digabung dengan tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Pertunjukan Aksimudha dilakukan oleh delapan penari pria. Aksimudha pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas dan saat ini masih dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Wangon.
Angguk
yaitu kesenian bernafaskan Islam yang tersaji dalam bentuk tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Dilakukan oleh delapan orang pemain, & pada bagian akhir pertunjukkan para pemain Intrance / Mendem. Saat ini Angguk bisa ditemukan wilayah Kecamatan Somagede.
Aplang atau Daeng
Kesenian yang serupa dengan Angguk, pemainnya terdiri atas delapan wanita. Saat ini Angguk bisa ditemukan wilayah Kecamatan Somagede.
Begalan, adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan, propertinya berupa alat-alat dapur yang masing-masing memiliki makna-makna simbolis yang berisi falsafah jawa & berguna bagi kedua mempelai dalam mengarungi hidup berumah tangga.
Begalan
menggambarkan peristiwa perampokan terhadap barang bawaan dari besan (pihak mempelai pria) oleh seorang begal (perampok). Dalam falsafah orang Banyumas, yang dibegal bukanlah harta benda, melainkan bajang sawane kaki penganten nini penganten (segala macam kendala yang mungkin terjadi dalam kehidupan berumah tangga pada mempelai berdua). Begalan dilakukan oleh dua orang pria dewasa yang merupakan sedulur pancer lanang (saudara garis laki-laki) dari pihak mempelai pria. Kedua pemain begalan menari di depan kedua mempelai dengan membawa properti yang disebut brenong kepang. Dalam pementasannya, kedua pemain menari diiringi gending-gending banyumasan yang disajikan menggunakan perangkat gamelan. Hingga saat ini Begalan masih tumbuh dengan subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.
Bongkel
Musik Traditional yang mirip dengan Angklung, hanya terdiri atas satu buah Instrument dengan empat bilah berlaras slendro, dengan nada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem). Dalam pertunjukkannya Bongkel disajikan gendhing - gendhing khusus. Bongkel hanya tumbuh dan berkembang di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati.
Buncis
yaitu perpaduan antara seni musik & seni tari yang disajikan oleh delapan penari pria. Dalam pertunjukkannya diiringi dengan perangkat musik Angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik & vokalis. Pada bagian akhir sajian para pemain Buncis Intrance atau mendem. Buncis hanya hidup di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede.
Sumber :
http://www.ngapak.com/portal/modules.php?name=News&file=print&sid=6
20 Mei 2006
Menikmati Keindahan Kota Purwokerto
Purwokerto adalah sebuah kota kecil yang sangat menarik untuk dikunjungi. Purwokerto terletak di daerah Banyumas, Jawa Tengah. Bila kita singgah ke Kota Purwokerto, kita akan menemukan segudang makanan khas dan tempat wisata yang sangat menarik yaitu Baturraden. Aneka makanan khas yang unik dan nikmat tersaji di sepanjang jalan utama di kota Purwokerto.
Salah satunya adalah getuk goreng, disebut unik karena penampilan luarnya memang tak sebanding dengan kenikmatan yang menggoda lidah saat mengunyahnya. Makanan yang berbahan dasar singkong yang berbentuk gumpalan-gumpalan warna coklat tua ini sekilas memang tak menarik mata. Tetapi, begitu kita mencoba menggigitnya, rasa manis gula Jawa bercampur singkong yang telah dihaluskan membuat mata berkejab merasakan nikmat.
Selain itu, ada juga soto Sokaraja yang sangat khas. Kekhasannya terletak pada irisan ketupat sebagai pengganti nasi, juga kuah soto yang bercampur kerupuk dan bumbu kacang yang kental, berbeda dengan kuah soto pada umumnya. Mengunjungi Purwokerto memang tak puas sebelum mencicipi mendoan dan membawa oleh-oleh keripik tempe.
Untuk membeli mendoan dan jajanan yang lain kita bisa singgah ke Jl. Jend Sutoyo – Sawangan. Disana Anda akan menemui berderet wajan-wajan penggorengan yang besar yang siap menggoreng mendoan pesanan konsumen. Juga tersedia mendoan mentah termasuk tepung bumbunya yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh selain keripik tempe.
LOKAWISATA BATURRADEN
Baturraden adalah salah satu lokawisata yang terdapat di Kota Purwokerto. Baturraden terletak di sebelah selatan kaki gunung Slamet yang berada pada ketinggian sekitar 640 meter diatas permukaan laut. Dari pusat kota Purwokerto, Baturraden dapat ditempuh dengan jarak hanya 14 km yang dihubungkan dengan jalan yang memadai.
Di Baturraden wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah dan udara pegunungan yang segar dengan suhu 18°C-25°C. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428m, merupakan gunung berapi terbesar serta gunung tertinggi ke-2 di Jawa.
Dari atas Baturraden kita bisa menikmati pemandangan kota Purwokerto dan pantai di kota Cilacap. Selain itu bila cuaca sedang cerah dan tidak berkabut, Nusakambangan pun dapat terlihat dari Baturraden. Ketika kita melihat gunung Slamet kita dapat melihat lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan heterogen.
Taman rekreasi ini menyajikan alam pegunungan dan lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas belerang “Pancuran Telu” (yang artinya : tiga). Ditempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, menara pandang, taman botani, kolam renang, tempat pemandian air panas, kereta mini, kolam luncur, sepeda air dan kebun binatang Kaloka Widya Mandala.
Di Baturaden ada beberapa tempat yang bisa kita datangi, antara lain :
Wana Wisata, yang terletak 2 km dari lokawisata Baturraden. Di tempat ini dapat dinikmati keindahan alam hutan dilengkapi dengan tempat perkemahan yang dapat menampung 1000 tenda. Di tempat ini juga terdapat cagar alam dan pembibitan tanaman produksi seperti cemara, pinus dan sebagainya.
Pemandian Air Panas ( belerang )
Pancuran 3 (Telu), air panas yang mengandung belerang sangat diminati wisatawan, selain kehangatannya juga khasiatnya untuk mengatasi berbagai penyakit kulit dan tulang.
Pancuran 7 (Pitu), terletak 2,5 km dari Lokawisata Baturraden. Tempat rekreasi ini menyuguhkan keindahan alam dan hutan yang didukung dengan adanya Pancuran 7 sebagai tempat wisata husada.
Goa Sarabadag, beranjak dari pancuran 7 menelusuri jalan setapak wisatawan dapat menikmati kesegaran air hangat dan dingin di Goa sarabadak, dengan bebatuan warna keemasan yang menakjubkan.
Telaga Sunyi, telaga sunyi terletak ± 3 km di sebelah Timur Lokawisata Baturraden. Tempat rekreasi ini menyajikan telaga yang indah dan berair dingin, dan pada musim-musim tertentu dapat dijumpai aneka warna kupu-kupu dan capung yang beterbangan disekitar telaga.
Curug Gede, terletak di desa Wisata Ketenger, kurang lebih 3 km dari Lokawisata Baturraden. Wisatawan ditempat ini dapat menikmati air terjun dengan keindahan atam dan lempengan batu.
Curug Cipendok, terletak di desa Karang Tengah kecamatan Cilingok , kurang lebih 25 km dari kota Purwokerto. Obyek wisata alam ini berupa air terjun dengan ketinggian 92 m yang dikelilingi pemandangan alam dan hutan yang indah.
Curug Ceheng, obyek wisata ini menampilkan keindahan air terjun yang diselingi dengan maraknya satwa lawa yang berterbangan.
Pemandian Kalibacin, terletak di desa Tambak Negara kecamatan Rawalo 17 km dari Purwokerto. Obyek wisata ini merupakan peninggalan sejarah kerajaan Indonesia maupun jaman Belanda terbukti dengan prasastinya. Dikenal dengan nama wisata Husada, karena wisatawan disamping dapat menikmati keindahan alamnya sekaligus dapat menyembuhkan penyakit kulit dan tulang.
Di Purwokerto juga terdapat museum Perbankan, yaitu Museum Uang BRI. Museum Uang BRI adalah satu-satunya museum perbankan di Indonesia yang berada di Purwokerto. Bank Rakyat Indonesia untuk pertama kali didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmadja tahun 1895 dengan Nama De Purwokertche Hulp en Spaarbank der Inlandche Bestuurs Ambtenaren. Museum BRI ini berisi perjalanan perbankan (BRI) mulai berdiri sampai sekarang serta koleksi uang kuno mulai jaman Majapahit sampai dengan uang jaman sekarang. Lokasi museum terletak di jalan Jenderal Soedirman.
Sumber :
Ani Nurdwiyanti adalah kontributor swaberita dan dapat dihubungi di ani.nurdwiyanti@swaberita.com
http://www.swaberita.com/2008/05/08/gaya-hidup/travel/menikmati-keindahan-kota-purwokerto.html
8 Mei 2008
Salah satunya adalah getuk goreng, disebut unik karena penampilan luarnya memang tak sebanding dengan kenikmatan yang menggoda lidah saat mengunyahnya. Makanan yang berbahan dasar singkong yang berbentuk gumpalan-gumpalan warna coklat tua ini sekilas memang tak menarik mata. Tetapi, begitu kita mencoba menggigitnya, rasa manis gula Jawa bercampur singkong yang telah dihaluskan membuat mata berkejab merasakan nikmat.
Selain itu, ada juga soto Sokaraja yang sangat khas. Kekhasannya terletak pada irisan ketupat sebagai pengganti nasi, juga kuah soto yang bercampur kerupuk dan bumbu kacang yang kental, berbeda dengan kuah soto pada umumnya. Mengunjungi Purwokerto memang tak puas sebelum mencicipi mendoan dan membawa oleh-oleh keripik tempe.
Untuk membeli mendoan dan jajanan yang lain kita bisa singgah ke Jl. Jend Sutoyo – Sawangan. Disana Anda akan menemui berderet wajan-wajan penggorengan yang besar yang siap menggoreng mendoan pesanan konsumen. Juga tersedia mendoan mentah termasuk tepung bumbunya yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh selain keripik tempe.
LOKAWISATA BATURRADEN
Baturraden adalah salah satu lokawisata yang terdapat di Kota Purwokerto. Baturraden terletak di sebelah selatan kaki gunung Slamet yang berada pada ketinggian sekitar 640 meter diatas permukaan laut. Dari pusat kota Purwokerto, Baturraden dapat ditempuh dengan jarak hanya 14 km yang dihubungkan dengan jalan yang memadai.
Di Baturraden wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah dan udara pegunungan yang segar dengan suhu 18°C-25°C. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428m, merupakan gunung berapi terbesar serta gunung tertinggi ke-2 di Jawa.
Dari atas Baturraden kita bisa menikmati pemandangan kota Purwokerto dan pantai di kota Cilacap. Selain itu bila cuaca sedang cerah dan tidak berkabut, Nusakambangan pun dapat terlihat dari Baturraden. Ketika kita melihat gunung Slamet kita dapat melihat lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan heterogen.
Taman rekreasi ini menyajikan alam pegunungan dan lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas belerang “Pancuran Telu” (yang artinya : tiga). Ditempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, menara pandang, taman botani, kolam renang, tempat pemandian air panas, kereta mini, kolam luncur, sepeda air dan kebun binatang Kaloka Widya Mandala.
Di Baturaden ada beberapa tempat yang bisa kita datangi, antara lain :
Wana Wisata, yang terletak 2 km dari lokawisata Baturraden. Di tempat ini dapat dinikmati keindahan alam hutan dilengkapi dengan tempat perkemahan yang dapat menampung 1000 tenda. Di tempat ini juga terdapat cagar alam dan pembibitan tanaman produksi seperti cemara, pinus dan sebagainya.
Pemandian Air Panas ( belerang )
Pancuran 3 (Telu), air panas yang mengandung belerang sangat diminati wisatawan, selain kehangatannya juga khasiatnya untuk mengatasi berbagai penyakit kulit dan tulang.
Pancuran 7 (Pitu), terletak 2,5 km dari Lokawisata Baturraden. Tempat rekreasi ini menyuguhkan keindahan alam dan hutan yang didukung dengan adanya Pancuran 7 sebagai tempat wisata husada.
Goa Sarabadag, beranjak dari pancuran 7 menelusuri jalan setapak wisatawan dapat menikmati kesegaran air hangat dan dingin di Goa sarabadak, dengan bebatuan warna keemasan yang menakjubkan.
Telaga Sunyi, telaga sunyi terletak ± 3 km di sebelah Timur Lokawisata Baturraden. Tempat rekreasi ini menyajikan telaga yang indah dan berair dingin, dan pada musim-musim tertentu dapat dijumpai aneka warna kupu-kupu dan capung yang beterbangan disekitar telaga.
Curug Gede, terletak di desa Wisata Ketenger, kurang lebih 3 km dari Lokawisata Baturraden. Wisatawan ditempat ini dapat menikmati air terjun dengan keindahan atam dan lempengan batu.
Curug Cipendok, terletak di desa Karang Tengah kecamatan Cilingok , kurang lebih 25 km dari kota Purwokerto. Obyek wisata alam ini berupa air terjun dengan ketinggian 92 m yang dikelilingi pemandangan alam dan hutan yang indah.
Curug Ceheng, obyek wisata ini menampilkan keindahan air terjun yang diselingi dengan maraknya satwa lawa yang berterbangan.
Pemandian Kalibacin, terletak di desa Tambak Negara kecamatan Rawalo 17 km dari Purwokerto. Obyek wisata ini merupakan peninggalan sejarah kerajaan Indonesia maupun jaman Belanda terbukti dengan prasastinya. Dikenal dengan nama wisata Husada, karena wisatawan disamping dapat menikmati keindahan alamnya sekaligus dapat menyembuhkan penyakit kulit dan tulang.
Di Purwokerto juga terdapat museum Perbankan, yaitu Museum Uang BRI. Museum Uang BRI adalah satu-satunya museum perbankan di Indonesia yang berada di Purwokerto. Bank Rakyat Indonesia untuk pertama kali didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmadja tahun 1895 dengan Nama De Purwokertche Hulp en Spaarbank der Inlandche Bestuurs Ambtenaren. Museum BRI ini berisi perjalanan perbankan (BRI) mulai berdiri sampai sekarang serta koleksi uang kuno mulai jaman Majapahit sampai dengan uang jaman sekarang. Lokasi museum terletak di jalan Jenderal Soedirman.
Sumber :
Ani Nurdwiyanti adalah kontributor swaberita dan dapat dihubungi di ani.nurdwiyanti@swaberita.com
http://www.swaberita.com/2008/05/08/gaya-hidup/travel/menikmati-keindahan-kota-purwokerto.html
8 Mei 2008
Profil Kabupaten Banyumas
Wilayah Banyumas memiliki luas wilayah keseluruhan 1.329,02 km, secara geografis terletak di 725'26.85"LS dan 10913'48.59"BT, Kabupaten Banyumas adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Purwokerto. Secara administratif terbagi menjadi 27 Kecamatan dan 331 Desa, wilayah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes di sebelah utara, Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen di sebelah timur, Kabupaten Cilacap disebelah selatan dan barat. Gunung Slamet Gunung tertinggi di Jawa Tengah terdapat di ujung utara wilayah Kabupaten ini, Banyumas merupakan bagian wilayah budaya banyumasan dimana budaya ini berada di bagian barat Jawa Tengah, bahasa yang dituturkan adalah bahasa Banyumasan yakni salah satu dialek bahasa Jawa yang cukup berbeda dengan dialek standar bahasa Jawa yang terkenal dengan ngapaknya.
Bumi dan alam wilayah Banyumas merupakan kawasan yang subur termasuk dataran rendah dan perbukitan yang merupakan bagian dari pegunungan Dieng dan Gunung Slamet, alam yang indah dan sejuk membuatnya sering dibanggakan antara lain sebagai daerah pertanian dan perkebunan plus hutan tropis. Banyumas ini berpredikat sebagai salah satu kawasan wisata terkenal di Jawa Tengah dengan tujuan antara lain Baturaden, Cilongok dan Kalibacin.
Selain itu, Banyumas ini dikenal sebagai kota pendidikan, sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta turut menambah kebanggaan daerah ini.Banyumas yang subur ini secara tidak langsung menjadi daerah penyangga bagi kabupaten Cilacap yang menjadi penngahsil padi terbesar di Jawa Tengah. Makanan khas Banyumas diantaranya adalah keripik tempe, mendoan, sate bebek tambak, sate Sokaraja, dage, dan getuk goreng Sokaraja. Banyumas juga pengahsil batik walaupun tidak setenar batik Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan. Batik Banyumas memiliki keunikan karena kedua sisi muka dan belakang mempunyai kualitas yang sama.
Sumber Data:
Jawa Tengah Dalam Angka 2007
(01-10-2007)
BPS Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pahlawan 6, Semarang 50241
Telp (024) 8311242, 8412802
Fax (024) 8311195
Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=3302
Bumi dan alam wilayah Banyumas merupakan kawasan yang subur termasuk dataran rendah dan perbukitan yang merupakan bagian dari pegunungan Dieng dan Gunung Slamet, alam yang indah dan sejuk membuatnya sering dibanggakan antara lain sebagai daerah pertanian dan perkebunan plus hutan tropis. Banyumas ini berpredikat sebagai salah satu kawasan wisata terkenal di Jawa Tengah dengan tujuan antara lain Baturaden, Cilongok dan Kalibacin.
Selain itu, Banyumas ini dikenal sebagai kota pendidikan, sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta turut menambah kebanggaan daerah ini.Banyumas yang subur ini secara tidak langsung menjadi daerah penyangga bagi kabupaten Cilacap yang menjadi penngahsil padi terbesar di Jawa Tengah. Makanan khas Banyumas diantaranya adalah keripik tempe, mendoan, sate bebek tambak, sate Sokaraja, dage, dan getuk goreng Sokaraja. Banyumas juga pengahsil batik walaupun tidak setenar batik Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan. Batik Banyumas memiliki keunikan karena kedua sisi muka dan belakang mempunyai kualitas yang sama.
Sumber Data:
Jawa Tengah Dalam Angka 2007
(01-10-2007)
BPS Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pahlawan 6, Semarang 50241
Telp (024) 8311242, 8412802
Fax (024) 8311195
Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=3302
Sejarah Banyumas
Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum`at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).
Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.
Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.
Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".
PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582
1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)
2. R. Ngabei Mertasura (1583-1600)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1601 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)
30. Drs. H. Mardjoko, M.M. (2008 - sekarang)
Sumber :
http://www.banyumaskab.go.id/
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).
Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.
Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.
Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".
PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582
1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)
2. R. Ngabei Mertasura (1583-1600)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1601 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)
30. Drs. H. Mardjoko, M.M. (2008 - sekarang)
Sumber :
http://www.banyumaskab.go.id/
Karesidenan Banyumas
Karesidenan Banyumas atau Eks-Karesidenan Banyumas adalah wilayah pemerintahan masa Hindia-Belanda yang saat ini meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banjarnegara.
Pada masa sekarang, jabatan setingkat residen masih diisi oleh pejabat Pembantu Gubernur Wilayah Banyumas, namun tidak memiliki kewenangan pengaturan. Wilayah kerjanya meliputi semua kabupaten eks-Karesidenan Banyumas.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Karesidenan_Banyumas
Pada masa sekarang, jabatan setingkat residen masih diisi oleh pejabat Pembantu Gubernur Wilayah Banyumas, namun tidak memiliki kewenangan pengaturan. Wilayah kerjanya meliputi semua kabupaten eks-Karesidenan Banyumas.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Karesidenan_Banyumas
Melancong Jejak-jejak Sunda di Banyumas
BAGI penduduk Jawa Barat, kalau berwisata ke timur, jangan hanya ke sekitar Yogyakarta. Jauh sebelumnya, menyimpanglah ke Kabupaten Banyumas. Di wilayah dengan ibu kota Purwokerto ini, kita akan menikmati jejak-jejak kesundaan di Jawa Tengah yang masih terekam pada nama-nama geografinya.
Salah satu kawasan yang kita tuju adalah daerah Batu raden yang berada pada lereng selatan Gunung Slamet (berketinggian 3.428 m dpl) atau gunung api kedua tertinggi di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru (3.676 m) di Jawa Timur.
Menuju Baturaden dari Purwokerto, kita hanya menempuh kurang dari setengah jam perjalanan dengan mobil ke arah utara. Pemandangan alam yang menawan dan udara sejuk alam pegunungan pada ketinggian 800-900 m langsung menyambut kedatangan kita.
Daerah Baturaden, Purwokerto Utara, seperti Lembang berpuluh tahun yang lalu, sejuk, bersih, dan asri. Tidak seperti Lembang sekarang yang sudah “tercemar” oleh maraknya kawasan-kawasan resor, deretan vila, dan real estat yang terdapat di mana-mana, daerah Baturaden masih tetap bersuasana pedesaan di lereng gunung yang apik.
Kawasan wisata alamnya merupakan primadona untuk Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah bagian barat. Seperti halnya lokasi wisata alam lereng-lereng gunung api, selain pemandangan alam yang memesona, mata air panas dan sungai-sungai pegunungan dengan air jernih, adalah objek yang banyak menarik pengunjung.
G. Slamet +3428 m gunung api kedua tertinggi di Jawa setelah G. Semeru
Sungai-sungai pegunungan ini mengalir belum terlalu jauh dari sumbernya di lereng Gunung Slamet. Alirannya di Baturaden membentuk jeram dan air terjun ketika melalui batuan keras berjenis basalt atau andesit.
Seperti di Maribaya, Lembang, batuan basalt di Baturaden membentuk retakan-retakan kolom (columnar joint) yang tegak teratur. Kondisi itu terjadi ketika magma basalt hasil letusan Gunung Slamet yang meleleh sebagai lava batuan pijar, kemudian mendingin dan membeku menjadi batu. Saat pendinginan batuan itu, retakan-terakan kolom berbentuk poligonal segi enam terjadi secara alamiah. Analoginya seperti lumpur basah yang mengering.
Tapi ada hal lain yang juga menarik, terutama bagi pengunjung yang berasal dari Jawa Barat, yaitu air terjun di Baturaden ini dikenal sebagai Curug Gumawang. Di kawasan air terjun ini, terjadi musibah ketika putusnya sling jembatan gantung, pada liburan Lebaran 25 Oktober 2006 lalu.
Curug adalah bahasa Sunda yang berarti air terjun, sedangkan dalam bahasa Jawa mestinya grojogan. Begitu pula kata gumawang yang menurut Kamus Umum Basa Sunda (LBSS, 1995), berarti bersinar atau berkilap. Jadi rupanya, walaupun secara administratif Baturaden ada di Provinsi Jawa Tengah, beberapa nama geografisnya tetap mempertahankan nama Sunda.
Penamaan Sunda pada lokasi-lokasi geografis di Banyumas, bukan hanya Curug Gumawang, tetapi juga nama-nama geografis lain di sekitarnya, misalnya Curug Ceheng. Makin ke arah barat dari Purwokerto, nama-nama Sunda semakin kentara.
Antara Purwokerto dan Kota Kecamatan Ajibarang di sebelah baratnya, terdapat Kecamatan Cilongok. Jika kita amati nama-nama geografis pada peta topografi di sekitar Cilongok-Ajibarang, kita akan dapati nama-nama tempat seperti Ciroyom, Cideng, Cikembulan, Rancamaya, Rancah, Bojongkadu, Bojongsari, Pasirmalang, Pasirluhur, Curug Cipendok, dan masih banyak lagi. Jelas nama-nama itu tidak akan dijumpai di dalam kosakata Bahasa Jawa karena “ci” berarti air atau sungai, “ranca” rawa, “bojong” tanjung atau bagian tanah yang menjorok ke perairan, “pasir” bukit, dan “curug” air terjun. Seluruhnya merupakan awalan nama-nama tempat yang sangat umum dijumpai di Tatar Sunda.
Kota Kecamatan Ajibarang terletak di kaki barat daya Gunung Slamet. Jika ditarik garis lurus ke selatan, akan menyambung dengan Wangon dan hingga pantai selatan ke Cilacap.
Sedangkan jika ditarik ke utara, Ajibarang menyambung ke Bumiayu di lereng barat Gunung Slamet, dan ke Brebes di jalur pantai utara.
Antara Ajibarang dan Cilacap mengalir Kali Tajum dan bermuara ke Samudra Hindia. Sementara antara Bumiayu dan Brebes mengalir Kali Pemali yang berhulu di lereng barat daya Gunung Slamet, utara Ajibarang, dan bermuara ke Laut Jawa.
Kali Pemali-Tajum yang kalau disambung menjadi garis utara-selatan inilah sebenarnya dua sungai yang memisahkan secara geografis Sunda di barat dan Jawa di timur.
Pada zaman ketika Kerajaan Pajajaran masih berjaya hingga abad ke-17, batas paling timur Kerajaan Sunda (Pajajaran) adalah Kali Pemali di utara dan diperkirakan Kali Tajum di selatan. Hal ini juga tercatat dengan baik oleh pangeran pengelana dari istana Pakuan (Bogor), Bujangga Manik, yang mengelana keliling Jawa Bali di abad ke-15.
Ia mencatat Kali Pemali (Cipamali, menurut catatannya) sebagai “tungtung Sunda” atau ujung ( Kerajaan) Sunda. Maka tidaklah mengherankan kalau banyak masyarakat Brebes di Kabupaten Tegal masih asyik berbahasa Sunda, walaupun secara administratif berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Di jalur selatan, hingga Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, pengaruh Sunda masih sangat terasa. Banyak penduduk Majenang masih menggunakan bahasa ibu bahasa Sunda.
Namun demikian, pencampuran kedua budaya tidak dapat dihindari. Selain itu, sudah pasti pengaruh Jawa akan sangat kuat terhadap masyarakat yang tadinya berbahasa Sunda, terutama di kota-kota. Namun di desa-desa dan kampung-kampung terpencil sebelah barat aliran Kali Pemali-Tajum, masyarakatnya bertahan dengan budaya masing-masing.
Begitulah pengalaman yang menarik dari berwisata di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jadi ketika kita bepergian dengan kendaraan ke arah Jawa Tengah melalui jalur selatan, saat melewati Sungai Citanduy sebagai batas provinsi, kita belum benar-benar berada di tanah Jawa.
Karena hingga ke sekitar Majenang, Cimanggu, Wangon, Ajibarang bahkan Purwokerto, kita sebenarnya masih berada pada daerah-daerah yang masih terpengaruh Tatar Sunda.***
Sumber :
Budi Brahmantyo
Penulis, staf pengajar di KK Geologi Terapan, FIKTM ITB, dan koordinator Kelompok Riset Cekungan Bandung.
Pikiran Rakyat - Pariwisata, Jumat, 1 Desember 2006, dalam :
http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/?p=44
Salah satu kawasan yang kita tuju adalah daerah Batu raden yang berada pada lereng selatan Gunung Slamet (berketinggian 3.428 m dpl) atau gunung api kedua tertinggi di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru (3.676 m) di Jawa Timur.
Menuju Baturaden dari Purwokerto, kita hanya menempuh kurang dari setengah jam perjalanan dengan mobil ke arah utara. Pemandangan alam yang menawan dan udara sejuk alam pegunungan pada ketinggian 800-900 m langsung menyambut kedatangan kita.
Daerah Baturaden, Purwokerto Utara, seperti Lembang berpuluh tahun yang lalu, sejuk, bersih, dan asri. Tidak seperti Lembang sekarang yang sudah “tercemar” oleh maraknya kawasan-kawasan resor, deretan vila, dan real estat yang terdapat di mana-mana, daerah Baturaden masih tetap bersuasana pedesaan di lereng gunung yang apik.
Kawasan wisata alamnya merupakan primadona untuk Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah bagian barat. Seperti halnya lokasi wisata alam lereng-lereng gunung api, selain pemandangan alam yang memesona, mata air panas dan sungai-sungai pegunungan dengan air jernih, adalah objek yang banyak menarik pengunjung.
G. Slamet +3428 m gunung api kedua tertinggi di Jawa setelah G. Semeru
Sungai-sungai pegunungan ini mengalir belum terlalu jauh dari sumbernya di lereng Gunung Slamet. Alirannya di Baturaden membentuk jeram dan air terjun ketika melalui batuan keras berjenis basalt atau andesit.
Seperti di Maribaya, Lembang, batuan basalt di Baturaden membentuk retakan-retakan kolom (columnar joint) yang tegak teratur. Kondisi itu terjadi ketika magma basalt hasil letusan Gunung Slamet yang meleleh sebagai lava batuan pijar, kemudian mendingin dan membeku menjadi batu. Saat pendinginan batuan itu, retakan-terakan kolom berbentuk poligonal segi enam terjadi secara alamiah. Analoginya seperti lumpur basah yang mengering.
Tapi ada hal lain yang juga menarik, terutama bagi pengunjung yang berasal dari Jawa Barat, yaitu air terjun di Baturaden ini dikenal sebagai Curug Gumawang. Di kawasan air terjun ini, terjadi musibah ketika putusnya sling jembatan gantung, pada liburan Lebaran 25 Oktober 2006 lalu.
Curug adalah bahasa Sunda yang berarti air terjun, sedangkan dalam bahasa Jawa mestinya grojogan. Begitu pula kata gumawang yang menurut Kamus Umum Basa Sunda (LBSS, 1995), berarti bersinar atau berkilap. Jadi rupanya, walaupun secara administratif Baturaden ada di Provinsi Jawa Tengah, beberapa nama geografisnya tetap mempertahankan nama Sunda.
Penamaan Sunda pada lokasi-lokasi geografis di Banyumas, bukan hanya Curug Gumawang, tetapi juga nama-nama geografis lain di sekitarnya, misalnya Curug Ceheng. Makin ke arah barat dari Purwokerto, nama-nama Sunda semakin kentara.
Antara Purwokerto dan Kota Kecamatan Ajibarang di sebelah baratnya, terdapat Kecamatan Cilongok. Jika kita amati nama-nama geografis pada peta topografi di sekitar Cilongok-Ajibarang, kita akan dapati nama-nama tempat seperti Ciroyom, Cideng, Cikembulan, Rancamaya, Rancah, Bojongkadu, Bojongsari, Pasirmalang, Pasirluhur, Curug Cipendok, dan masih banyak lagi. Jelas nama-nama itu tidak akan dijumpai di dalam kosakata Bahasa Jawa karena “ci” berarti air atau sungai, “ranca” rawa, “bojong” tanjung atau bagian tanah yang menjorok ke perairan, “pasir” bukit, dan “curug” air terjun. Seluruhnya merupakan awalan nama-nama tempat yang sangat umum dijumpai di Tatar Sunda.
Kota Kecamatan Ajibarang terletak di kaki barat daya Gunung Slamet. Jika ditarik garis lurus ke selatan, akan menyambung dengan Wangon dan hingga pantai selatan ke Cilacap.
Sedangkan jika ditarik ke utara, Ajibarang menyambung ke Bumiayu di lereng barat Gunung Slamet, dan ke Brebes di jalur pantai utara.
Antara Ajibarang dan Cilacap mengalir Kali Tajum dan bermuara ke Samudra Hindia. Sementara antara Bumiayu dan Brebes mengalir Kali Pemali yang berhulu di lereng barat daya Gunung Slamet, utara Ajibarang, dan bermuara ke Laut Jawa.
Kali Pemali-Tajum yang kalau disambung menjadi garis utara-selatan inilah sebenarnya dua sungai yang memisahkan secara geografis Sunda di barat dan Jawa di timur.
Pada zaman ketika Kerajaan Pajajaran masih berjaya hingga abad ke-17, batas paling timur Kerajaan Sunda (Pajajaran) adalah Kali Pemali di utara dan diperkirakan Kali Tajum di selatan. Hal ini juga tercatat dengan baik oleh pangeran pengelana dari istana Pakuan (Bogor), Bujangga Manik, yang mengelana keliling Jawa Bali di abad ke-15.
Ia mencatat Kali Pemali (Cipamali, menurut catatannya) sebagai “tungtung Sunda” atau ujung ( Kerajaan) Sunda. Maka tidaklah mengherankan kalau banyak masyarakat Brebes di Kabupaten Tegal masih asyik berbahasa Sunda, walaupun secara administratif berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Di jalur selatan, hingga Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, pengaruh Sunda masih sangat terasa. Banyak penduduk Majenang masih menggunakan bahasa ibu bahasa Sunda.
Namun demikian, pencampuran kedua budaya tidak dapat dihindari. Selain itu, sudah pasti pengaruh Jawa akan sangat kuat terhadap masyarakat yang tadinya berbahasa Sunda, terutama di kota-kota. Namun di desa-desa dan kampung-kampung terpencil sebelah barat aliran Kali Pemali-Tajum, masyarakatnya bertahan dengan budaya masing-masing.
Begitulah pengalaman yang menarik dari berwisata di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jadi ketika kita bepergian dengan kendaraan ke arah Jawa Tengah melalui jalur selatan, saat melewati Sungai Citanduy sebagai batas provinsi, kita belum benar-benar berada di tanah Jawa.
Karena hingga ke sekitar Majenang, Cimanggu, Wangon, Ajibarang bahkan Purwokerto, kita sebenarnya masih berada pada daerah-daerah yang masih terpengaruh Tatar Sunda.***
Sumber :
Budi Brahmantyo
Penulis, staf pengajar di KK Geologi Terapan, FIKTM ITB, dan koordinator Kelompok Riset Cekungan Bandung.
Pikiran Rakyat - Pariwisata, Jumat, 1 Desember 2006, dalam :
http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/?p=44
Selasa, 19 Januari 2010
Pembentukan Propinsi Banyumas
Keinginan untuk membentuk Propinsi tersendiri sebenarnya didasarkan atas keinginan untuk lebih mensejahterakan rakyat dan dilakukan dengan cara memotong semua faktor penghambat seperti luas wilayah, jumlah penduduk, jarak ke Ibukota Propinsi, jarak ke pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, industri, sosial dan budaya serta faktor-faktor alasan lain yang bermuatan nilai-nilai primordial-emosional seperti suku, etnik, agama, budaya, bahasa dan lain-lain. Bagi wilayah-wilayah yang memang didukung oleh potensi alam, DM, dan sumber-sumber kekuatan ekonomis lainnya, tujuan ini dapat diterima, tinggal bagaimana Pemerintah Pusat dapat mengatur subsidi silang antar Propinsi.
Nuansa Budaya
Propinsi Jawa Tengah bagian Timur secara umum dipengaruhi oleh Budaya Mataram (Yogya dan Solo), tetapi semakin ke arah Barat, pengaruh Budaya ini semakin menipis bahkan pengaruh Budaya Sunda mulai tampak dan dapat diterima masyarakat, khususnya di Kabupaten-Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Jawa Barat. Dapat dikatakan bahwa warna Budaya calon Propinsi Banyumas adalah Budaya Mataram yang dipengaruhi Budaya Sunda. Secara lebih spesifik lagi, beberapa jenis kesenian khas Banyumasan memiliki karakteristik tersendiri sehingga sulit untuk dinikmati secara utuh oleh masyarakat Jawa Tengah bagian Timur.
Sosial-Ekonomi
Letak calon Propinsi Banyumas relatif jauh dari kota Semarang dan Solo yang merupakan pusat-pusat pertumbuhan di Propinsi Jawa Tengah. Posisinya yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Barat menyebabkan tumbuh dan berkembangnya jalinan-jalinan ekonomi dan sosial diantara kedua wilayah. Wilayah utara calon Propinsi Banyumas khususnya Kabupaten Brebes dan Tegal, memiliki jalinan perekonomian bahkan bahasa dengan Kabupaten Cirebon (Jawa Barat), sedangkan wilayah Selatan yaitu Kabupaten Cilacap, jalinan perekonomiannya erat dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya.
Baiknya kondisi sarana perhubungan antara calon Propinsi Banyumas dengan Propinsi Jawa Barat khususnya angkutan darat (bis dan kereta api), membuat mobilitas penduduk antar kedua wilayah ini lebih tinggi dan ini, baik secara langsung maupun tidak, menyebabkan hubungan ekonomi dan sosial menjadi lebih erat. Sebagai bagian dari Propinsi Jawa Tengah, calon Propinsi Banyumas secara ekonomi dan sosial
seharusnya berkiblat ke induknya, tetapi secara geografis, justru lebih dekat ke Propinsi Jawa Barat. Secara umum, tarik menarik ini mengakibatkan Kabupaten-Kabupaten di calon Propinsi Banyumas kurang memiliki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan sosial
yang mandiri.
Bahasa
Kita sangat mengenal logat Banyumasan ("Jawa Koek") yang oleh sementara kalangan dimanfaatkan untuk kepentingan mereka melalui media elektronik (TV dan Radio) khususnya di Jakarta, sehingga kita merasa akrab dengan Patrio lewat logat "ngapak-ngapak" nya Mas Parto. Logat Banyumasan inilah yang membedakan
penduduk wilayah calon Propinsi baru ini dengan penduduk Jawa Tengah lainnya dalam berkomunikasi dan sekaligus sebagai salah satu identitas Propinsi ini.
Seorang penduduk Propinsi Banyumas yang berada di Solo misalnya, akan dengan mudah diketahui asalnya, cukup dari logat Banyumasannya ini. Banyak pengalaman yang membuktikan bahwa penduduk asal calon Propinsi baru ini memang merasa berbeda dengan penduduk Jawa Tengah lainnya, hanya karena logat Banyumasan ini.
Penduduk Jawa Tengah bagian Timur dengan penduduk calon Propinsi Banyumas tidak akan mampu saling berkomunikasi dengan lancar apabila salah satu pihak tidak bersedia mengalah dan umumnya yang bersedia mengalah adalah penduduk calon Propinsi Banyumas karena merekalah yang lebih mampu. Kemampuan ini sebenarnya semu, karena yang dilakukan hanyalah penghindaran penggunaan kata-kata khas Banyumasan, bukan logatnya. Ini secara sadar dilakukan karena umum diketahui bahwa bahasa Jawa sebenarnya adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk Jawa Tengah bagian Timur dan penduduk Propinsi Jawa Timur pada umumnya (dominant vokal "o" dan vokal "a" dibaca "o") sehingga sering dikatakan bahwa bahasa Banyumasan itu kasar. Jadi hakekatnya, kemampuan untuk mengalah ini sebenarnya didasarkan pada kesadaran bahwa dalam hal bahasa, warga calon Propinsi Banyumas tidak ingin dikatakan kasar dan sekaligus menyadari bahwa dari sudut bahasa, mereka adalah minoritas.
Cakupan Wilayah
Calon Propinsi ini meliputi 9 Daerah Tingkat II yaitu 8 Kabupaten (Brebes, Tegal, Pemalang, Banjarnegara, Purbalingga, Kebumen, Banyumas dan Cilacap) serta 1
Kotamadya (Tegal), ditambah 2 Kota Administratif (Purwokerto dan Cilacap). Setelah menjadi Propinsi tersendiri, pemekaran Daerah Tingkat II selanjutnya dapat dimungkinkan secara bertahap. Yang berpotensi untuk dimekarkan antara lain, Kabupaten Bumiayu (pemekaran Kabupaten Brebes) dan Kabupaten Majenang (pemekaran Kabupaten Cilacap).
Daya Dukung
Sektor industri :
Semen (Nusantara) di Cilacap, Pupuk (Superfosfat) juga di Cilacap, Kertas di Blabak, Tekstil di Tegal, Pemalang dan Cilacap, Cambric di Tegal dan Cilacap, Gerabah artistik di Banjarnegara, Pabrik Gondorukem di Balapulang, Batik di Pemalang,
Pabrik Teh di Slawi, Pabrik Farmasi di Slawi, Industri Kuningan di Tegal, Industri Kulit di Tegal, Pabrik Air Mineral di Slawi dan lain-lain. Kota Tegal bahkan pernah mendapat julukan Jepangnya Jawa Tengah karena besarnya potensi industri peleburan besi di kota ini.
Sektor sumberdaya alam :
Potensi hasil tambang yang sudah beroperasi dan dapat lebih dikembangkan antara lain : Biji Besi di Cilacap (sudah dapat diolah di pabrik pelebur besi PN Aneka Tambang di Cilacap), Fosfat di Gombong dan Purwokerto serta Lempung di Kebumen. Sementara hasil tambang lain yang berpotensi dan sudah dalam tahap eksplorasi seperti minyak dan gas bumi di Banyumas dan lain-lain.
Sektor Hasil bumi :
Di wilayah ini, hasil bumi yang sudah menampakkan hasilnya antara lain : Karet dan Kelapa di Banyumas, Kayu manis di sepanjang pegunungan Pembarisan (Bumiayu), Tebu (gula pasir) di Tegal, Brebes, Pemalang dan Purwokerto, Kayu Jati Kabupaten Tegal dan Pemalang serta Pelelangan Ikan di Tegal. Hasil bumi unggulan lainnya : Cengkeh, Coklat, Bawang dan lain-lain.
Sekktor SDM :
Dalam hal ketersediaan SDM, calon Propinsi Banyumas cukup memiliki institusi-institusi pendidikan yang dapat diandalkan. Beberapa Perguruan Tinggi yang ada di wilayah ini antara lain : Universitas Panca Sakti di Tegal, Universitas Jenderal Sudirman, IAIN dan Universitas Wijaya Kusuma di Purwokerto, beberapa Akademi baik Tegal, Pemalang, Purwokerto maupun Cilacap serta lembaga-lembaga pendidikan lainnya seperti Pondok Pesantren, Kursus-Kursus, Balai Latihan Kerja dan lain-lain. IAIN di Purwokerto bahkan sudah membuka Program Magister.
Prospek Pengembangan
Kodya Tegal yang bergelar Kota Bahari berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah kota pelabuhan (bandar) yang ramai. Sementara untuk pengembangan wilayah industri, Cilacap dapat dijadikan pusat pertumbuhan industri karena selain memiliki pelabuhan yang memadai, kota ini juga memiliki wilayah-wilayah yang relatif masih memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan-kawasan industri yang besar dan terpadu. Keberadaan Kilang Minyak Cilacap membuktikan bahwa wilayah ini memang mampu menopang keberadaan pusat-pusat industri yang besar.
Untuk sektor Pariwisata, kawasan wisata Baturaden di Purwokerto, Guci Indah di Tegal, Segara Anakan di Cilacap, Pantai Ayah di Gombong, Taman Widuri dan Moga di Pemalang. Obyek wisata lainnya : Karang Bolong, Waduk Sempor, Waduk Cacaban, Waduk Malahayu, Kawasan Hutan Wanayasa dan lain-lain yang semuanya masih sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Untuk memberikan daya dukung tambahan di sector Pariwisata ini, Lapangan Udara Perintis Wirasaba di Purwokerto dan Tunggul Wulung di Cilacap sangat layak untuk dikembangkan.www
Sumber:
Joko Suprianto
http://www.hamline.edu, dalam :
http://majenang.ifastnet.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid=2
25 Desember 2007
Nuansa Budaya
Propinsi Jawa Tengah bagian Timur secara umum dipengaruhi oleh Budaya Mataram (Yogya dan Solo), tetapi semakin ke arah Barat, pengaruh Budaya ini semakin menipis bahkan pengaruh Budaya Sunda mulai tampak dan dapat diterima masyarakat, khususnya di Kabupaten-Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Jawa Barat. Dapat dikatakan bahwa warna Budaya calon Propinsi Banyumas adalah Budaya Mataram yang dipengaruhi Budaya Sunda. Secara lebih spesifik lagi, beberapa jenis kesenian khas Banyumasan memiliki karakteristik tersendiri sehingga sulit untuk dinikmati secara utuh oleh masyarakat Jawa Tengah bagian Timur.
Sosial-Ekonomi
Letak calon Propinsi Banyumas relatif jauh dari kota Semarang dan Solo yang merupakan pusat-pusat pertumbuhan di Propinsi Jawa Tengah. Posisinya yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Barat menyebabkan tumbuh dan berkembangnya jalinan-jalinan ekonomi dan sosial diantara kedua wilayah. Wilayah utara calon Propinsi Banyumas khususnya Kabupaten Brebes dan Tegal, memiliki jalinan perekonomian bahkan bahasa dengan Kabupaten Cirebon (Jawa Barat), sedangkan wilayah Selatan yaitu Kabupaten Cilacap, jalinan perekonomiannya erat dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya.
Baiknya kondisi sarana perhubungan antara calon Propinsi Banyumas dengan Propinsi Jawa Barat khususnya angkutan darat (bis dan kereta api), membuat mobilitas penduduk antar kedua wilayah ini lebih tinggi dan ini, baik secara langsung maupun tidak, menyebabkan hubungan ekonomi dan sosial menjadi lebih erat. Sebagai bagian dari Propinsi Jawa Tengah, calon Propinsi Banyumas secara ekonomi dan sosial
seharusnya berkiblat ke induknya, tetapi secara geografis, justru lebih dekat ke Propinsi Jawa Barat. Secara umum, tarik menarik ini mengakibatkan Kabupaten-Kabupaten di calon Propinsi Banyumas kurang memiliki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan sosial
yang mandiri.
Bahasa
Kita sangat mengenal logat Banyumasan ("Jawa Koek") yang oleh sementara kalangan dimanfaatkan untuk kepentingan mereka melalui media elektronik (TV dan Radio) khususnya di Jakarta, sehingga kita merasa akrab dengan Patrio lewat logat "ngapak-ngapak" nya Mas Parto. Logat Banyumasan inilah yang membedakan
penduduk wilayah calon Propinsi baru ini dengan penduduk Jawa Tengah lainnya dalam berkomunikasi dan sekaligus sebagai salah satu identitas Propinsi ini.
Seorang penduduk Propinsi Banyumas yang berada di Solo misalnya, akan dengan mudah diketahui asalnya, cukup dari logat Banyumasannya ini. Banyak pengalaman yang membuktikan bahwa penduduk asal calon Propinsi baru ini memang merasa berbeda dengan penduduk Jawa Tengah lainnya, hanya karena logat Banyumasan ini.
Penduduk Jawa Tengah bagian Timur dengan penduduk calon Propinsi Banyumas tidak akan mampu saling berkomunikasi dengan lancar apabila salah satu pihak tidak bersedia mengalah dan umumnya yang bersedia mengalah adalah penduduk calon Propinsi Banyumas karena merekalah yang lebih mampu. Kemampuan ini sebenarnya semu, karena yang dilakukan hanyalah penghindaran penggunaan kata-kata khas Banyumasan, bukan logatnya. Ini secara sadar dilakukan karena umum diketahui bahwa bahasa Jawa sebenarnya adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk Jawa Tengah bagian Timur dan penduduk Propinsi Jawa Timur pada umumnya (dominant vokal "o" dan vokal "a" dibaca "o") sehingga sering dikatakan bahwa bahasa Banyumasan itu kasar. Jadi hakekatnya, kemampuan untuk mengalah ini sebenarnya didasarkan pada kesadaran bahwa dalam hal bahasa, warga calon Propinsi Banyumas tidak ingin dikatakan kasar dan sekaligus menyadari bahwa dari sudut bahasa, mereka adalah minoritas.
Cakupan Wilayah
Calon Propinsi ini meliputi 9 Daerah Tingkat II yaitu 8 Kabupaten (Brebes, Tegal, Pemalang, Banjarnegara, Purbalingga, Kebumen, Banyumas dan Cilacap) serta 1
Kotamadya (Tegal), ditambah 2 Kota Administratif (Purwokerto dan Cilacap). Setelah menjadi Propinsi tersendiri, pemekaran Daerah Tingkat II selanjutnya dapat dimungkinkan secara bertahap. Yang berpotensi untuk dimekarkan antara lain, Kabupaten Bumiayu (pemekaran Kabupaten Brebes) dan Kabupaten Majenang (pemekaran Kabupaten Cilacap).
Daya Dukung
Sektor industri :
Semen (Nusantara) di Cilacap, Pupuk (Superfosfat) juga di Cilacap, Kertas di Blabak, Tekstil di Tegal, Pemalang dan Cilacap, Cambric di Tegal dan Cilacap, Gerabah artistik di Banjarnegara, Pabrik Gondorukem di Balapulang, Batik di Pemalang,
Pabrik Teh di Slawi, Pabrik Farmasi di Slawi, Industri Kuningan di Tegal, Industri Kulit di Tegal, Pabrik Air Mineral di Slawi dan lain-lain. Kota Tegal bahkan pernah mendapat julukan Jepangnya Jawa Tengah karena besarnya potensi industri peleburan besi di kota ini.
Sektor sumberdaya alam :
Potensi hasil tambang yang sudah beroperasi dan dapat lebih dikembangkan antara lain : Biji Besi di Cilacap (sudah dapat diolah di pabrik pelebur besi PN Aneka Tambang di Cilacap), Fosfat di Gombong dan Purwokerto serta Lempung di Kebumen. Sementara hasil tambang lain yang berpotensi dan sudah dalam tahap eksplorasi seperti minyak dan gas bumi di Banyumas dan lain-lain.
Sektor Hasil bumi :
Di wilayah ini, hasil bumi yang sudah menampakkan hasilnya antara lain : Karet dan Kelapa di Banyumas, Kayu manis di sepanjang pegunungan Pembarisan (Bumiayu), Tebu (gula pasir) di Tegal, Brebes, Pemalang dan Purwokerto, Kayu Jati Kabupaten Tegal dan Pemalang serta Pelelangan Ikan di Tegal. Hasil bumi unggulan lainnya : Cengkeh, Coklat, Bawang dan lain-lain.
Sekktor SDM :
Dalam hal ketersediaan SDM, calon Propinsi Banyumas cukup memiliki institusi-institusi pendidikan yang dapat diandalkan. Beberapa Perguruan Tinggi yang ada di wilayah ini antara lain : Universitas Panca Sakti di Tegal, Universitas Jenderal Sudirman, IAIN dan Universitas Wijaya Kusuma di Purwokerto, beberapa Akademi baik Tegal, Pemalang, Purwokerto maupun Cilacap serta lembaga-lembaga pendidikan lainnya seperti Pondok Pesantren, Kursus-Kursus, Balai Latihan Kerja dan lain-lain. IAIN di Purwokerto bahkan sudah membuka Program Magister.
Prospek Pengembangan
Kodya Tegal yang bergelar Kota Bahari berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah kota pelabuhan (bandar) yang ramai. Sementara untuk pengembangan wilayah industri, Cilacap dapat dijadikan pusat pertumbuhan industri karena selain memiliki pelabuhan yang memadai, kota ini juga memiliki wilayah-wilayah yang relatif masih memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan-kawasan industri yang besar dan terpadu. Keberadaan Kilang Minyak Cilacap membuktikan bahwa wilayah ini memang mampu menopang keberadaan pusat-pusat industri yang besar.
Untuk sektor Pariwisata, kawasan wisata Baturaden di Purwokerto, Guci Indah di Tegal, Segara Anakan di Cilacap, Pantai Ayah di Gombong, Taman Widuri dan Moga di Pemalang. Obyek wisata lainnya : Karang Bolong, Waduk Sempor, Waduk Cacaban, Waduk Malahayu, Kawasan Hutan Wanayasa dan lain-lain yang semuanya masih sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Untuk memberikan daya dukung tambahan di sector Pariwisata ini, Lapangan Udara Perintis Wirasaba di Purwokerto dan Tunggul Wulung di Cilacap sangat layak untuk dikembangkan.www
Sumber:
Joko Suprianto
http://www.hamline.edu, dalam :
http://majenang.ifastnet.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid=2
25 Desember 2007
Provinsi Banyumas Terus Digulirkan
PURWOKERTO-Anggota Komisi II DPR RI dari PDI-P, Agus Condro Prayitno menyatakan, usulan pemekaran Provinsi Banyumas atau Jateng bagian selatan-barat harus terus digulirkan di masyarakat dan pemerintah. Pasalnya, usulan tersebut harus mendapat respon luas dari berbagai kalangan.
''Saya setuju usulan pemekaran ini terus digulirkan. Ada banyak alasan yang menguatkan daerah ini bisa menjadi provinsi baru, pecahan Provinsi Jateng,'' kata Agus, saat melakukan kunjungan kerja di Banyumas dan Cilacap, kemarin.
Menurutnya, secara kultur, ekonomi, politik dan sosial, wilayah Banyumas layak menjadi provinsi tersendiri. Secara kultural, tujuh kabupaten yang ada di sekitar Banyumas juga memiliki kedekatan kultural. Yakni :
1. Cilacap
2. Purbalingga
3. Banjarnegara
4. Kebumen
5. Pemalang
6. Brebes
7. Slawi (Tegal)
8. Banyumas
''Secara ekonomi delapan kabupaten ini memiliki potensi ekonomi yang bagus. Purwokerto sebagai pusat ibukota juga tepat. Secara politik, sebagian besar masyarakatnya juga setuju,'' tandas wakli rakyat dari Dapel Cilacap-Banyumas ini.
Alasan lain yang menguatkan, kata dia, adanya provinsi baru bisa memperpendek jalur birokrasi, pelayanan ke publik akan semakin efektif dan efesien. Kemudian pembangunan akan semakin dekat dan sesuai dengan keinginan masyarakatnya. Kalau semua dikendalikan dari Semarang, juga sangat jauh dan sering memboroskan anggaran.
Guliran wacana pemekaran Jateng bagian selatan-barat ini, kata dia, sebenarnya bukan wacana baru. Itu sudah bergulir sejak beberapa tahun lalu. ''Tahun 2006 lalu saat saya ketemu dengan teman-teman LSM di Banyumas dan sekitarnya, hal ini juga sudah menjadi pembicaraan. Makanya kalau sekarang bergulir lagi, ya harus didukung dan direspon positif,'' ujarnya.
Usulan Bawah
Saat usulan ini diteruskan ke pusat nanti, pihaknya juga berjanji akan membantu memperjuangkan. Terutama saat dibawa ke DPR. ''Yang penting dikuatkan dulu usulan dari bawah, dari semua kalangan,'' sarannya.
Dia menilai daerah Banyumas dan sekitarnya sebenarnya lebih siap dimekarkan menjadi provinsi tersendiri. Sebagai anggota DPRD yang membidangi pemerintahan dalam negeri, dia mengaku sudah berkali-kali mengunjungi dan melakukan survei ke sejumlah provinsi yang baru dimekarkan. Seperti Sulawesi Barat, Gorontalo dan Irian Jaya Barat.
''Dibandingkan Mamuju (ibukota Provinsi Sulawesi Barat), Kota Purwokerto lebih maju dan wilayahnya lebih luas. Yang penting sekarang adalah menguatkan keinginan dari bawah dan adanya kemauan politik bersama di tingkat pemerintah provinsi sekarang dan pemerintah kabupaten yang ada di wilayah Banyumas dan sekitarnya,'' katanya. (G22-55)
Sumber :
http://www.suaramerdeka.com/harian/0708/09/ban02.htm, 9 Agt 2007
Langganan:
Postingan (Atom)