Rabu, 20 Januari 2010

Letak Geografis Kab Banyumas


Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di sebelah Barat Daya & merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah. Terletak di antara garis Bujur Timur 108° 39` 17`` sampai 109° 27` 15`` & di antara garis Lintang Selatan 7° 15` 05`` sampai 7° 37` 10`` yang berarti berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah :

Sebelah Utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.
Sebelah Selatan: Kabupaten Cilacap
Sebelah Barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
Sebelah Timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara

Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan & pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman & pekarangan, dan seba-gian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi & kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut sekitar 3.400M & masih aktif. Keadaan cuaca & iklim di Kabupaten Banyumas karena tergolong di belahan selatan khatulistiwa masih memiliki iklim tropis basah. Demikian Juga karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari permukaan pantai/lautan maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak, namun dengan adanya dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4° C - 30,9° C.

Sumber :
http://www.banyumaskab.go.id/

Seni dan Budaya Banyumasan

Kentongan

ialah jenis kesenian pertunjukan massal sing nganggo perangkat utama kentong. Perangkat kentong digawe sekang potongan bambu sing dilobangi nang sisine, lubange mandan dawa. Jaman gemiyen, kentong kiye akeh fungsine nang masyarakat utamane kanggo alat komunikasi jarak jauh, misale sebagai tanda peringatan dini bahaya bencana, makna komunikasine ana nang ritme swaran tabuhane karo kombinasi selang swara. Makna monine kuwe diatur sesuai kesepakatan nang masyarakat.


Jaman siki, alat kiye umume fungsine mung sebagai hiasan nang omah-omah, wis kalah kagunaane karo peralatan komunikasi elektronik sing modern.

Kesenian Kentongan biasa digelar nang upacara-upacara resmi, sebagai hiburan kanggo tamu sing teka. Nang wilayah mBanyumasan malah wis ana festival resmi kentongan dadi akeh kelompok-kelompok kentongan sing muncul.

Perangkat tambahan kesenian kiye antarane Beduk, Seruling, Kecrek, Pianika lan liya-liyane. Masing-masing kelompok dipimpin Mayoret, pemaine umume lanang, jumlah pemaine ± 20 an.


Baritan

adalah sebuah upacara kesuburan dengan menggunakan kesenian sebagai media utamanya. Hingga saat ini ada dua bacam baritan, yaitu baritan yang digunakan untuk tujuan memanggil hujan dan baritan untuk keselamatan ternak.
Untuk memanggil hujan biasanya digunakan berbagai macam keseniaan yang ada seperti lengger, buncis, dan ebeg. Adapun baritan untuk keselamatan ternak biasanya menggunakan lengger sebagai media upacara. Di sini para pangon (penggembala) menari bersama para penari lengger dengan terlebih dahulu menyerahkan dhadung (tali pengikat ternak) dan selesai menari dapat mengambol dhadung dengan terlebih dahulu memberikan uang kepada penari lengger.
baritan biasanya dilaksanakan pada Mangsa Kapat (sekitar Bulan September). Baritan untuk memanggil hujan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas, sedangkan baritan untuk keselamatan ternak berkembang di wilayah Kecamatan Ajibarang.



Cowongan

adalah upacara minta hujan dengan menggunakan properti berupa siwur dan irus yang dihias menyerupai seorang putri. pelaku cowongan terdiri atas wanita yang tengah dalam keadaan suci (ridak sedang haid, nifas, atau habis melakukan hubungan seksual). Dengan menyajikan tembang-tembang tertentu yang sesungguhnya merupakan doa-doa permohonan kepada Sang Pencipta.
Cowongan dilaksanakan hanya pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ritual ini dilaksanakan mulai pada akhir Masa Kapat (hitungan masa dalam kalendar Jawa) atau akhir Bulan September. pelaksanaannya pada tiap malam Jumat dimulai pada Jumat Kliwon. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, cowongan dilakukan dalam hitungan ganjil misalnya 1 kali, 3 kali, 5 kali, atau 7 kali. Apabila sekali dilaksanakan cowongan belum turun hujan maka dilaksanakan 3 kali. Cowongan sampai saat ini masih dapat dijumpai di Desa Plana, Kecamatan Somagede.


Gumbeng

adalah permainan rakyat yang terdiri atas potongan ruas bambu yang dilaras dengan nada-nada tertentu, diletakkan di atas kaki yang sengaja dijulurkan ke depan dalam posisi duduk. Gumbeng pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.


Kaster

adalah musik tradisional dengan alat musik berupa siter, gong bumbung dan kendhang kotak sabun (terbuat dari kotak kayu sebagai resonator dengan sumber bunyi berupa tali karet yang diikatkan di kedua sisi kotak). Dalam pertunjukannya disajikan gending-gending gaya Surakarta-Yogyakarta dan gaya Banyumas. Kaster masih berkembang di daerah Kecamatan Purwojati.


Jemblung

adalah seni bertutur tradisional yang dilakukan oleh empat orang pemain. Menurut masyarakat setempat, kata jemblung merupakan jarwo dosok yang berarti jenjem-jenjeme wong gemblung (rasa tenteram yang dirasakan oleh orang gila). Pengertian ini diperkirakan bersumber dari tradisi pementasan jemblung yang menampatkan pemain seperti layaknya orang gila.
Para pemain jemblung tampak tampil dalam pementasannya tanpa properti artistik apapun, bermain seperti halnya bermain ketoprak dan mengiringi pertunjukan dengan aransemen musikal yang dibangun melalui sajian musik mulut. Ada pula yang berpendapat bahwa pada jemblung berasal dari kata jemblung umar madi, yaitu seorang tokoh dalam cerita umar amir (berasal dari Serat Ambiya atau riwayat para nabi) yang meemiliki ciri berperut buncit (dalam bahasa Jawa : njemblung).
Ini berkaitan dengan salah satu cerita yang disajikan dalam pertunjukan jemblung berasal dari Serat Ambiya. Dalam pertukannya pemain jemblung duduk di kursi menghadap sebuah meja yang bersisi nasi tumpeng dan jajan pasar yang menjadi properti pementasan. Pertunjukan jemblung menyajikan kisah-kisah babad, legenda atau cerita rakyat yang adegannya diplot seperti halnya plot pada cerita kethoprak. Jemblung masih tumbuh dan berkembang di Kecamatan Tambak dan Sumpiuh.


Ujungan

Ritual minta hujan dengan cara adu manusia. Ujungan merupakan adu manusia dengan properti berupa sebatang rotan. Pelaku ujungan adalah laki-laki dewasa yang memiliki kekuatan untuk untuk menahan benturan pukulan lawan. Sebelum beradu pukul, pemain ujungan menari-nari dengan iringan tepuk tangan dan sorak-sorai penonton.
Ritual ini hanya dilakukan pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ujungan dilaksanakan pada akhir Mangsa Kapat. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, ujungan dilakukan dengan hitungan ganjil: 1 kali, 3 kali, 5 kali, atau 7 kali. Hingga saat ini ujungan hanya berkembang di wilayah perbatasan antara Kabupaten Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara yaitu di Kecamatan Somagede.


Karawitan Gagrag Banyumas

adalah salah satu gaya dalam Kerawitan Jawa yang tumbuh dan berkembang di wilayah sebaran Budaya Banyumas. Karawitan Gagrag Banyumas memiliki 3 warna yaitu Wetanan, Kulonan dan Banyumasan. Warna wetanan dalam kerawitan gagrag Banyumasan dipengaruhi oleh Kerawitan Kraton (Surakarta dan Yogyakarta). Warna kulonan dipengaruhi oleh kerawitan gaya Sunda.
Adapun warna Banyumasan adalah warna khas yang dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat setempat yang bernafas kerakyatan. Ketiga warna tersebut dapat dijumpai pada bentuk gending, garap gending, dan garap instrumen dalam setiap penyajiannya. Kerawitan gagrag banyumasan disajikan dapam perangkat gamelan ageng. namun demikian dapat pula disajikan dengan menggunakan perangkat musik calung maupun angklung yang merupakan perangkat musik khas Banyumas. Hingga saat ini Kerawitan Gagrag Banyumasan masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.


Calung

yaitu perangkat music khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong & kendang. Dalam penya-jiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransir ulang.
Calung -konon- merupakan jarwo dosok (dua kata yang digabung menjadi satu menjadi kata baru) yang berarti carang pring wulung (pucuk bambu wulung) atau dicacah melung-melung (dipukul bersuara nyaring).
P erangkat musik ini berlaras Slendro dengan nada-nada 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), dan 6 (nem).


Ebeg

adalah bentuk tari tradisional khas Banyumas dengan Properti utama berupa ebeg atau kuda kepang. Kesenian ini menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya dan dibawakan oleh 8 penari pria. Biasanya dalam pertunjukkan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul & cepet. Dalam pertunjukkannya ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe.
Dalam pertunjukkannya, ebeg dilengkapi dengan sintren (penari pria yang berdandan seperti wanita) di dalam sebuah kurungan. Ebeg masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten banyumas.


Lengger

yaitu jenis tarian tradisional yang tumbuh subur diwilayah se-baran budaya Banyumas. Kesenian ini umunya disajikan oleh dua orang wanita atau lebih. Pada pertengahan pertunjukkan hadir seorang penari pria yang lazim disebut badhud, Lengger disajikan diatas panggung pada malam hari atau siang hari , dan diiringi olah perangkat musik calung.


Sintren

adalah seni traditional yang dilaukan seorang pria yang mengenakan busana wanita. Biasanya kesenian ini melekat pada kesenian ebeg. Ditengah pertunjukkan ebeg para pemain melakukan intrance/ mendem, kemudian salah seorang pemain mendem badan, kemudian ditindih dengan lesung.Dan dimasukan ke dalam kurungan. Di dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama - sama dengan pemain yang lain. Pada beberapa kasus, pemain itu melakukan thole-thole, yaitu penari membawa tampah dan berkeliling arena untuk meminta sumbangan penonton.

Salawatan Jawa, yaitu salah satu seni musik bernafaskan Islam dengan perangkat musik berupa trebang jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini memnyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barjanji.



Wayang Kulit Gagrag Banyumas

yaitu jenis seni pertunjukan wayang kulit yang bernafaskan Banyumasan. Di daerah ini dikenal ada dua gragak atau gaya, yaitu gragak kidul Gunung dan gragak lor Gunung. Spesifikasi dari wayang kulit gragak Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.


Aksimudha

adalah kesenian bernafas Islam yang tersaji dalam bentuk atraksi Pencak Silat yang digabung dengan tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Pertunjukan Aksimudha dilakukan oleh delapan penari pria. Aksimudha pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas dan saat ini masih dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Wangon.


Angguk

yaitu kesenian bernafaskan Islam yang tersaji dalam bentuk tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Dilakukan oleh delapan orang pemain, & pada bagian akhir pertunjukkan para pemain Intrance / Mendem. Saat ini Angguk bisa ditemukan wilayah Kecamatan Somagede.


Aplang atau Daeng

Kesenian yang serupa dengan Angguk, pemainnya terdiri atas delapan wanita. Saat ini Angguk bisa ditemukan wilayah Kecamatan Somagede.

Begalan, adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan, propertinya berupa alat-alat dapur yang masing-masing memiliki makna-makna simbolis yang berisi falsafah jawa & berguna bagi kedua mempelai dalam mengarungi hidup berumah tangga.


Begalan

menggambarkan peristiwa perampokan terhadap barang bawaan dari besan (pihak mempelai pria) oleh seorang begal (perampok). Dalam falsafah orang Banyumas, yang dibegal bukanlah harta benda, melainkan bajang sawane kaki penganten nini penganten (segala macam kendala yang mungkin terjadi dalam kehidupan berumah tangga pada mempelai berdua). Begalan dilakukan oleh dua orang pria dewasa yang merupakan sedulur pancer lanang (saudara garis laki-laki) dari pihak mempelai pria. Kedua pemain begalan menari di depan kedua mempelai dengan membawa properti yang disebut brenong kepang. Dalam pementasannya, kedua pemain menari diiringi gending-gending banyumasan yang disajikan menggunakan perangkat gamelan. Hingga saat ini Begalan masih tumbuh dengan subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.


Bongkel

Musik Traditional yang mirip dengan Angklung, hanya terdiri atas satu buah Instrument dengan empat bilah berlaras slendro, dengan nada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem). Dalam pertunjukkannya Bongkel disajikan gendhing - gendhing khusus. Bongkel hanya tumbuh dan berkembang di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati.


Buncis

yaitu perpaduan antara seni musik & seni tari yang disajikan oleh delapan penari pria. Dalam pertunjukkannya diiringi dengan perangkat musik Angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik & vokalis. Pada bagian akhir sajian para pemain Buncis Intrance atau mendem. Buncis hanya hidup di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede.

Sumber :
http://www.ngapak.com/portal/modules.php?name=News&file=print&sid=6
20 Mei 2006

Menikmati Keindahan Kota Purwokerto

Purwokerto adalah sebuah kota kecil yang sangat menarik untuk dikunjungi. Purwokerto terletak di daerah Banyumas, Jawa Tengah. Bila kita singgah ke Kota Purwokerto, kita akan menemukan segudang makanan khas dan tempat wisata yang sangat menarik yaitu Baturraden. Aneka makanan khas yang unik dan nikmat tersaji di sepanjang jalan utama di kota Purwokerto.

Salah satunya adalah getuk goreng, disebut unik karena penampilan luarnya memang tak sebanding dengan kenikmatan yang menggoda lidah saat mengunyahnya. Makanan yang berbahan dasar singkong yang berbentuk gumpalan-gumpalan warna coklat tua ini sekilas memang tak menarik mata. Tetapi, begitu kita mencoba menggigitnya, rasa manis gula Jawa bercampur singkong yang telah dihaluskan membuat mata berkejab merasakan nikmat.

Selain itu, ada juga soto Sokaraja yang sangat khas. Kekhasannya terletak pada irisan ketupat sebagai pengganti nasi, juga kuah soto yang bercampur kerupuk dan bumbu kacang yang kental, berbeda dengan kuah soto pada umumnya. Mengunjungi Purwokerto memang tak puas sebelum mencicipi mendoan dan membawa oleh-oleh keripik tempe.

Untuk membeli mendoan dan jajanan yang lain kita bisa singgah ke Jl. Jend Sutoyo – Sawangan. Disana Anda akan menemui berderet wajan-wajan penggorengan yang besar yang siap menggoreng mendoan pesanan konsumen. Juga tersedia mendoan mentah termasuk tepung bumbunya yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh selain keripik tempe.


LOKAWISATA BATURRADEN

Baturraden adalah salah satu lokawisata yang terdapat di Kota Purwokerto. Baturraden terletak di sebelah selatan kaki gunung Slamet yang berada pada ketinggian sekitar 640 meter diatas permukaan laut. Dari pusat kota Purwokerto, Baturraden dapat ditempuh dengan jarak hanya 14 km yang dihubungkan dengan jalan yang memadai.

Di Baturraden wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah dan udara pegunungan yang segar dengan suhu 18°C-25°C. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428m, merupakan gunung berapi terbesar serta gunung tertinggi ke-2 di Jawa.

Dari atas Baturraden kita bisa menikmati pemandangan kota Purwokerto dan pantai di kota Cilacap. Selain itu bila cuaca sedang cerah dan tidak berkabut, Nusakambangan pun dapat terlihat dari Baturraden. Ketika kita melihat gunung Slamet kita dapat melihat lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan heterogen.

Taman rekreasi ini menyajikan alam pegunungan dan lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas belerang “Pancuran Telu” (yang artinya : tiga). Ditempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, menara pandang, taman botani, kolam renang, tempat pemandian air panas, kereta mini, kolam luncur, sepeda air dan kebun binatang Kaloka Widya Mandala.

Di Baturaden ada beberapa tempat yang bisa kita datangi, antara lain :

Wana Wisata, yang terletak 2 km dari lokawisata Baturraden. Di tempat ini dapat dinikmati keindahan alam hutan dilengkapi dengan tempat perkemahan yang dapat menampung 1000 tenda. Di tempat ini juga terdapat cagar alam dan pembibitan tanaman produksi seperti cemara, pinus dan sebagainya.

Pemandian Air Panas ( belerang )

Pancuran 3 (Telu), air panas yang mengandung belerang sangat diminati wisatawan, selain kehangatannya juga khasiatnya untuk mengatasi berbagai penyakit kulit dan tulang.

Pancuran 7 (Pitu), terletak 2,5 km dari Lokawisata Baturraden. Tempat rekreasi ini menyuguhkan keindahan alam dan hutan yang didukung dengan adanya Pancuran 7 sebagai tempat wisata husada.

Goa Sarabadag, beranjak dari pancuran 7 menelusuri jalan setapak wisatawan dapat menikmati kesegaran air hangat dan dingin di Goa sarabadak, dengan bebatuan warna keemasan yang menakjubkan.

Telaga Sunyi, telaga sunyi terletak ± 3 km di sebelah Timur Lokawisata Baturraden. Tempat rekreasi ini menyajikan telaga yang indah dan berair dingin, dan pada musim-musim tertentu dapat dijumpai aneka warna kupu-kupu dan capung yang beterbangan disekitar telaga.

Curug Gede, terletak di desa Wisata Ketenger, kurang lebih 3 km dari Lokawisata Baturraden. Wisatawan ditempat ini dapat menikmati air terjun dengan keindahan atam dan lempengan batu.

Curug Cipendok, terletak di desa Karang Tengah kecamatan Cilingok , kurang lebih 25 km dari kota Purwokerto. Obyek wisata alam ini berupa air terjun dengan ketinggian 92 m yang dikelilingi pemandangan alam dan hutan yang indah.

Curug Ceheng, obyek wisata ini menampilkan keindahan air terjun yang diselingi dengan maraknya satwa lawa yang berterbangan.

Pemandian Kalibacin, terletak di desa Tambak Negara kecamatan Rawalo 17 km dari Purwokerto. Obyek wisata ini merupakan peninggalan sejarah kerajaan Indonesia maupun jaman Belanda terbukti dengan prasastinya. Dikenal dengan nama wisata Husada, karena wisatawan disamping dapat menikmati keindahan alamnya sekaligus dapat menyembuhkan penyakit kulit dan tulang.

Di Purwokerto juga terdapat museum Perbankan, yaitu Museum Uang BRI. Museum Uang BRI adalah satu-satunya museum perbankan di Indonesia yang berada di Purwokerto. Bank Rakyat Indonesia untuk pertama kali didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmadja tahun 1895 dengan Nama De Purwokertche Hulp en Spaarbank der Inlandche Bestuurs Ambtenaren. Museum BRI ini berisi perjalanan perbankan (BRI) mulai berdiri sampai sekarang serta koleksi uang kuno mulai jaman Majapahit sampai dengan uang jaman sekarang. Lokasi museum terletak di jalan Jenderal Soedirman.

Sumber :
Ani Nurdwiyanti adalah kontributor swaberita dan dapat dihubungi di ani.nurdwiyanti@swaberita.com
http://www.swaberita.com/2008/05/08/gaya-hidup/travel/menikmati-keindahan-kota-purwokerto.html
8 Mei 2008

Profil Kabupaten Banyumas

Wilayah Banyumas memiliki luas wilayah keseluruhan 1.329,02 km, secara geografis terletak di 725'26.85"LS dan 10913'48.59"BT, Kabupaten Banyumas adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Purwokerto. Secara administratif terbagi menjadi 27 Kecamatan dan 331 Desa, wilayah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes di sebelah utara, Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen di sebelah timur, Kabupaten Cilacap disebelah selatan dan barat. Gunung Slamet Gunung tertinggi di Jawa Tengah terdapat di ujung utara wilayah Kabupaten ini, Banyumas merupakan bagian wilayah budaya banyumasan dimana budaya ini berada di bagian barat Jawa Tengah, bahasa yang dituturkan adalah bahasa Banyumasan yakni salah satu dialek bahasa Jawa yang cukup berbeda dengan dialek standar bahasa Jawa yang terkenal dengan ngapaknya.

Bumi dan alam wilayah Banyumas merupakan kawasan yang subur termasuk dataran rendah dan perbukitan yang merupakan bagian dari pegunungan Dieng dan Gunung Slamet, alam yang indah dan sejuk membuatnya sering dibanggakan antara lain sebagai daerah pertanian dan perkebunan plus hutan tropis. Banyumas ini berpredikat sebagai salah satu kawasan wisata terkenal di Jawa Tengah dengan tujuan antara lain Baturaden, Cilongok dan Kalibacin.

Selain itu, Banyumas ini dikenal sebagai kota pendidikan, sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta turut menambah kebanggaan daerah ini.Banyumas yang subur ini secara tidak langsung menjadi daerah penyangga bagi kabupaten Cilacap yang menjadi penngahsil padi terbesar di Jawa Tengah. Makanan khas Banyumas diantaranya adalah keripik tempe, mendoan, sate bebek tambak, sate Sokaraja, dage, dan getuk goreng Sokaraja. Banyumas juga pengahsil batik walaupun tidak setenar batik Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan. Batik Banyumas memiliki keunikan karena kedua sisi muka dan belakang mempunyai kualitas yang sama.


Sumber Data:
Jawa Tengah Dalam Angka 2007
(01-10-2007)
BPS Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pahlawan 6, Semarang 50241
Telp (024) 8311242, 8412802
Fax (024) 8311195

Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=3302

Peta Banyumas


View Larger Map

Sejarah Banyumas

Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum`at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.

Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).

Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.

Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.

Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.

Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.

Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.

Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.

Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".


PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582

1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)
2. R. Ngabei Mertasura (1583-1600)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1601 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)
30. Drs. H. Mardjoko, M.M. (2008 - sekarang)

Sumber :
http://www.banyumaskab.go.id/

Karesidenan Banyumas

Karesidenan Banyumas atau Eks-Karesidenan Banyumas adalah wilayah pemerintahan masa Hindia-Belanda yang saat ini meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banjarnegara.

Pada masa sekarang, jabatan setingkat residen masih diisi oleh pejabat Pembantu Gubernur Wilayah Banyumas, namun tidak memiliki kewenangan pengaturan. Wilayah kerjanya meliputi semua kabupaten eks-Karesidenan Banyumas.


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Karesidenan_Banyumas